BERITA

Komitmen Indonesia untuk Rohingya


Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan, bahwa Indonesia tetap konsisten terhadap para pengungsi Myanmar di Bangladesh dalam upaya membantu memulangkan para pengungsi secara sukarela, aman, dan bermartabat.

Hal itu dikatakan Retno, dalam sebuah diskusi panel dengan empat Menlu perempuan yang membahas soal peran perempuan bagi perdamaian dunia.

“Kita tetap memberikan perhatian yang besar terutama terhadap perempuan dan anak-anak,” ujar Retno, Jumat (6/12).

Retno menyampaikan, bahwa perempuan dan anak-anak di tempat pengungsian banyak yang mengalami kejadian yang tidak baik. Oleh karenanya, Indonesia berkomitmen dalam posisinya terhadap para pengungsi Myanmar di Cox’s Bazar.

Dengan konsistensi dan komitmen Indonesia itulah, kata Retno, di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Indonesia telah mengirim rekomendasi penilaian kebutuhan awal atau Preliminary Needs Assessment (PNA).

“Terlebih lagi, ASEAN berkomitmen untuk menindaklajuti rekomendasi tersebut. Dengan demikian pihak pemerintah Indonesia dapat melihat kemungkinan apakah implementasi dari rekomendsi PNA bisa dilakukan oleh sebuah tim yang paruh waktu atau tidak,” tuturnya.

“Kita perlu sebuah tim yang kuat dan yang penuh. Oleh karena itu kita bahas dan akhirnya kita putuskan mendirikan ad hoc task force di ASEAN Secretariat,” imbuhnya.

Retno juga menyampaikan, Presiden Joko Widodo menyetujui akan berkontribusi di dalam pembentukan ad hoc task force ASEAN. Sebab menurutnya, pembentukan ad hoc tersebut memerlukan sumber daya termasuk sumber daya keuangan.

“Langkah dukungan ini pun menunjukkan konsistensi Indonesia terhadap pengungsi Musili Rohingya. Karena, at the end, yang kita fokuskan adalah mengenai human being, manusia, dan humanity. Apalagi itu menyangkut perempuan dan anak-anak,” terangnya.

Berdasarkan data yang dirilis Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN OCHA) kekerasan di negara bagian Rakhine meningkat signifikan sejak 2018 setelah pecahnya konflik bersenjata antara militer Myanmar dan Arakan Army. Kerusuhan itu disebabkan serangan terhadap barak militer oleh para pelaku gerakan separatis.

Konflik tersebut menyebabkan korban sipil dan perusakan properti yang menyebar ke banyak kota di Rakhine. Keadaan itu juga faktor yang menghambat pemulangan pengungsi dari kamp-kamp pengungsi di Cox’s Bazar.

Posting Komentar

0 Komentar