BERITA

Tewaskan Lebih Dari 2000 Koala, Australia Siapkan 111 Pesawat Pemadam Karhutla


Australia - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang menimpa Australia masih belum berakhir. Seperti sebelumnya di Indonesia, karhutla ini juga menyebabkan kabut asap yang menyelimuti kota-kota di negara bagian New South Wales dan Victoria.

Salah satu yang terkena dampak terparah adalah Sydney.

Langit kota terbesar di Australia tersebut berubah menjadi jingga saat siang hari, mengurangi jarak penglihatan, dan membuat penglaju (commuters) harus menggunakan masker.

Saking parahnya kebakaran ini tak cuma menghanguskan lahan, hutan, dan rumah, tetapi juga telah membunuh ribuan koala di hutan-hutan Australia.

Menurut Mark Graham, Ekologis dari Nature Conservation Council Australia dikutip dari The Guardian, koala benar-benar tidak memiliki kemampuan untuk bergerak cepat menyelamatkan diri dari kebakaran yang menyebar dari pohon ke pohon.

Akibatnya, banyak koala yang terjebak di tengah kebakaran hebat. Kemungkinan setelah karhutla berakhir, akan ditemukan lebih dari 2000 mayat koala.

Malahan, menurut Graham berpendapat mayat-mayat tersebut tidak akan ditemukan lantaran api membara di hutan yang terlalu luas.

Baca Juga: Arkeolog Australia Temukan Lukisan Batu Berumur Hampir 44.000 Tahun di Indonesia: Temuan Tertua di Planet

"Kita kehilangan wilayah-wilayah masif yang dikenal sebagai habitat koala. Saya pikir tak diragukan lagi akan terjadi penurunan populasi koala sejak saat ini," ujar Graham dari The Guardian.

Pemerintah dan Penduduk Australia sendiri kewalahan menghadapi kebakaran yang sangat masif ini.

Ketika tidak ada perintah resmi untuk evakuasi, banyak penduduk lokal yang meninggalkan rumah secara mandiri.

"Ini mengerikan, banyak orang yang memilih untuk pergi, dan saya pun akan melakukan hal yang sama," sebut Walikota Hawkesbury, Barry Calvert.


Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, dari Al-Jazeera menyatakan akan menyiapkan 111 pesawat pemadam untuk bergabung dengan tim pemadam karhutla jika dibutuhkan.

Morrison sendiri dianggap kurang peduli karena kebijakan iklim di pemerintahannya yang konservatif. Padahal, kebakaran ini juga disebabkan perubahan iklim yang menimbulkan kekeringan ekstrem.

Ia seharusnya melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca dan mendorong energi terbarukan, namun debat terkait hal ini menjadi isu yang sensitif terhadap industri bahan bakar fosil .***

Posting Komentar

0 Komentar